Taat kepada Pemerintah. Foto diambil dari laman ebookanak.com (19/06/2020) |
Taat yang dimaksud adalah dengan menjalankan apa-apa yang diperintahkan dan menjahui apa-apa yang dilarang. Kewajiban untuk taat ini berdasarkan pada hadist Rasul shalallahu alaihi wa sallam.
Dari Abu Hurairah Radhiallahu Anhu, ia berkata ; Rasul shalallahu alaihi wa sallam bersabda yang berbunyi :
مَنْ أَطَاعَنِي فَقَدْ أَطَاعَ اللهَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ عَصَى اللهَ وَمَنْ يطع الاميرِ فَقَدْ أَطَاعَنِي وَمَنْ يعص الامير فَقَدْ عَصَانِي
“Barang siapa menaatiku, berarti ia telah menaati Allah. Barang siapa mendurhakaiku, berarti ia telah mendurhakai Allah. Barang siapa menaati pemerintah, berarti ia telah menaatiku. Barang siapa mendurhakai pemerintah, berarti ia telah mendurhakaiku.”
Dari potongan sabda Rasul shalallahu alaihi wa sallam diatas terkait dengan Taat kepada Pemerintah, bagaimana kita menaatinya?
Dari Abu Hurairah Radhiallahu Anhu, ia berkata ; Rasul shalallahu alaihi wa sallam bersabda yang berbunyi :
مَنْ أَطَاعَنِي فَقَدْ أَطَاعَ اللهَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ عَصَى اللهَ وَمَنْ يطع الاميرِ فَقَدْ أَطَاعَنِي وَمَنْ يعص الامير فَقَدْ عَصَانِي
“Barang siapa menaatiku, berarti ia telah menaati Allah. Barang siapa mendurhakaiku, berarti ia telah mendurhakai Allah. Barang siapa menaati pemerintah, berarti ia telah menaatiku. Barang siapa mendurhakai pemerintah, berarti ia telah mendurhakaiku.”
Dari potongan sabda Rasul shalallahu alaihi wa sallam diatas terkait dengan Taat kepada Pemerintah, bagaimana kita menaatinya?
Kita sebagai rakyat biasa memiliki kewajiban untuk menaati pemerintah selagi perintah itu baik, tidak dzalim.
Contoh sederhana menaati pemerintah akhir-akhir ini adalah adanya peraturan tentang diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dimana kita dibatasi untuk beraktivitas di luar rumah agar bisa memutus penyebaran virus Covid-19.
Masyarakat dihimbau untuk menerapkan physical distancing, mencuci tangan, memakai masker saat keluar rumah, beribadah di rumah, dan lain-lain.
Hal diatas merupakan salah satu program ataupun kebijakan pemerintah yang seharusnya kita jalankan bersama-sama agar tetap menjaga Indonesia sehat, terhindar dari virus.
Langkah kebijakan yang diambil pemerintah seperti demikian itu, tidaklah sepenuhnya diterima baik oleh warga, ada saja warga yang kontra terutama himbauan untuk beribadah di rumah saja.
Contoh sederhana menaati pemerintah akhir-akhir ini adalah adanya peraturan tentang diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dimana kita dibatasi untuk beraktivitas di luar rumah agar bisa memutus penyebaran virus Covid-19.
Masyarakat dihimbau untuk menerapkan physical distancing, mencuci tangan, memakai masker saat keluar rumah, beribadah di rumah, dan lain-lain.
Hal diatas merupakan salah satu program ataupun kebijakan pemerintah yang seharusnya kita jalankan bersama-sama agar tetap menjaga Indonesia sehat, terhindar dari virus.
Langkah kebijakan yang diambil pemerintah seperti demikian itu, tidaklah sepenuhnya diterima baik oleh warga, ada saja warga yang kontra terutama himbauan untuk beribadah di rumah saja.
Baca Juga : Perbuatan Paling tidak Dibolehkan dalam Islam
Melansir dari akun youtube Najwa Shihab yang dipublikasikan pada 22 April 2020 terdapat sebuah percakapan antara Najwa Shihab sendiri dengan sang ayahanda Muhammad Quraish Shihab.
Najwa mengajukan sebuah pertanyaan yang dipicu oleh ajakan warga berbondong-bondong datang beribadah ke masjid. “Takut itu kepada Allah. Jangan takut kepada virus,” kata salah seorang warga yang tak disebutkan namanya itu.
Begini pertanyaannya; “Apakah sesuatu dipertentangkan ketakutan terhadap suatu hal dengan ketakutan kepada Allah?”
Ayahandanya memberi tahu bahwa itu tidak dipertentangkan. Alumnus Univ. Al Azhaar sekaligus Menteri Agama di era Soeharto itu mengaitkan pernyataannya dengan mengaitkan dengan cerita Rasul, Musa A.S.
“Salah satu bukti yang dianugerahkan Allah kepada nabi Musa adalah tongkatnya berubah menjadi ular.
Melansir dari akun youtube Najwa Shihab yang dipublikasikan pada 22 April 2020 terdapat sebuah percakapan antara Najwa Shihab sendiri dengan sang ayahanda Muhammad Quraish Shihab.
Najwa mengajukan sebuah pertanyaan yang dipicu oleh ajakan warga berbondong-bondong datang beribadah ke masjid. “Takut itu kepada Allah. Jangan takut kepada virus,” kata salah seorang warga yang tak disebutkan namanya itu.
Begini pertanyaannya; “Apakah sesuatu dipertentangkan ketakutan terhadap suatu hal dengan ketakutan kepada Allah?”
Ayahandanya memberi tahu bahwa itu tidak dipertentangkan. Alumnus Univ. Al Azhaar sekaligus Menteri Agama di era Soeharto itu mengaitkan pernyataannya dengan mengaitkan dengan cerita Rasul, Musa A.S.
“Salah satu bukti yang dianugerahkan Allah kepada nabi Musa adalah tongkatnya berubah menjadi ular.
Al-qur’an menyatakan nabi Musa takut. Allah berfirman kepadanya La takhaf (jangan takut). Jadi nabi musa takut, bukan berarti ia tidak takut kepada Allah,” papar Quraish Shihab.
Lalu, bagaimana kriteria pemimpin yang wajib kita taati? Banyak pendapat tentang hal ini.
Lalu, bagaimana kriteria pemimpin yang wajib kita taati? Banyak pendapat tentang hal ini.
Sebagai kriteria utamanya adalah pemimpin selalu taat kepada Allah dan Rasulnya, jujur, adil kepada rakyat, dan masih banyak lagi.
Jika telah memenuhi kriteria pemimpin yang wajib kita taati, bagaimana cara taat kepada pemerintah? Caranya adalah dengan menaati kebijakannya, menjaga amanahnya, melaksanakan perintahnya, melaksanakan peraturannya, dan menghargai jasa-jasanya.
Jika telah memenuhi kriteria pemimpin yang wajib kita taati, bagaimana cara taat kepada pemerintah? Caranya adalah dengan menaati kebijakannya, menjaga amanahnya, melaksanakan perintahnya, melaksanakan peraturannya, dan menghargai jasa-jasanya.
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar...