Film All Is Loss Jadi Drama Survival Favorit |
Tidak kebayang, jika seandainya Saya berada di tengah lautan sendirian tanpa ditemani seorang pun. Bagi Kita yang belum merasakan, semoga saja tidak pernah atau jika hanya ingin sekedar uji adrenalin, nonton film drama survival yang berjudul All is Loss (2013) mungkin bisa menjadi alternatifnya.
Kalau di film lain biasa banyak cakap, di film ini tidaklah demikian. Pasalnya di film ini hanya ada satu pemeran utama maka tidak heran minim dan bahkan tidak ada sepatah dialog pun. Dia nampak seperti seorang kakek yang terlihat gagah.
Diceritakan lelaki yang bermukake barat-baratan tersebut berusaha dan berjuang survive sendirian di tengah-tengah lautan lepas dengan kapal kecil yang ia tumpanginya. Awal mula dalam cerita film All is Loss diawali dengan terbangunnya kakek dari tidurnya.
Kapal yang da tumpangi bocor dan dengan segera dia menengok ke bagian luar kapal. Rupanya, bocornya kapal diakibatkan oleh dan sebuah kontainer yang telah menusuk ke bagian jantung kapal. Dari situlah perjuangan kakek dimulai.
Dia pun mencoba memisahkan kapal dengan container menggunakan alat seadanya. Berbagai cara ia lakukan mulai dari manage jangkar laut, memutar arah perahu, dan menembel bekas tabrakan kontainer pengiriman barang tersebut.
Hari demi hari sang kakek melalui masa-masanya dengan penuh perjuangan. Sistem navigasi dan komunikasi pun rusak yang diakibatkan oleh hantaman air ombak.
Badai yang mengguncang kapalnya bisa terjadi kapan saja tanpa mengenal waktu. Belum lagi ketika kapal mengalami kebocoran yang lebih tambah parah lagi hingga membuatnya tergelam.
Sebagai satu-satunya orang yang berada di kapal, sang kakek tidak kehabisan akal untuk menyelamatkan diri dari maut. Dia pun menggunakan perahu karet yang baru didapatkan beberapa waktu lalu. Sebelum kapal tenggelam, dia pun menyelamatkan benda-benda sekira masih sangat berguna untuk perjalanan ke depannya.
Beberapa diantaranya adalah sekstan maupun alat untuk mengetahui letak koordinat di jalur pelayaran, dan sedikit bekal berupa minuman dan makanan kemasan. Perjuangan kakek untuk sampai ke daratan maupun tujuan mendapatkan pertolongan tidak ada henti-hentinya.
Menggunakan alat seadanya, kakek tersebut mencoba untuk mendapatkan pertolongan namun nahas deburan ombak menjadi lebih dahsyat dan dahsyat. Tidak hanya itu saja, keadaan yang semakin buruk seperti bekal habis menyebabkan ada rasa frustasi dari seorang kakek tersebut.
Ada setidaknya 2 kapal besar melalui dekat kapal sang kakek namun sayang tidak pas pada jalurnya. Meski sang kakek melambai-lambai tangannya dan berkata help! Secara berulang-ulang, tetap saja tidak ada pertolongan.
Terakhir, pada hari ke-8 kapal besar kedua melalui jalur dekat kapal sang kakek. Kala itu kakek benar-benar berharap akan ada pertolongan. Dia pun menyalakan api yang besar sebagai isyarat meminta pertolongan. Namun nahas, api tersebut malah sampai membakar perahu karet yang ia tumpanginya.
Kepasrahan sang kakek untuk menunggu detik-detik kematian benar-benar terasa jelas. Tak ada sesuatu yang biasa dilakukan lagi. Secara perlahan, sang kakek mulai tenggelam mendekati dasar laut. Untungnya, tiba-tiba datang sebuah kapal penolong datang menghampiri.
Kemudian sang kakek yang masih setengah mati dan setengah hidup, mulai bergerak menuju ke permukaan laut sembari menggapai tangan dan penolong. Demikianlah sedikit gambaran dari film Loss In Loss. Semoga bermanfaat.
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar...