![]() |
Acara 7 Bulanan Istri |
Beda orang, beda cerita, beda lokasi juga mungkin beda cara. Sama halnya dengan adat dan budaya. Nah, pada kesempatan kali ini penulis akan bercerita tentang suatu pengalaman berupa acara yang terbilang sakral yaitu acara 7 bulanan istri.
Acara ini merupakan acara adat yang biasanya dilakukan saat seorang perempuan memasuki kehamilan 7 bulan, orang Jawa bilangnya “Tingkepan” sementara orang Madura bilangnya “Petong Bulanan,”.
Isi dari Acara 7 Bulanan ini adalah untuk mendoakan orang yang hamil agar kandungannya selalu sehat sehingga saat lahiran diberikan kelancaran oleh Allah dan anak yang dilahirkan dijadikan anak yang shaleh atau shalehah.
Acara 7 Bulanan Istri
Berdasarkan pengalaman saat 7 bulanan istri pada Kamis (17/6), acara kami gelar cukup sederhana. Kami menggelar acara Diba’ yang kami anggap sebagai bentuk acara Islami sekaligus adat mengisi acara 7 bulanan istri, Dwi Susanti.
Semua anggota rombongan Diba’ adalah perempuan. Bacaan-bacaan yang dilantunkan adalah ayat kitab suci Al-qur’an surat Yusuf dan Maryam dan lanjut bacaan Diba’ yang syarat akan nilai shalawat kepada rasul Muhammad SAW seperti saat mahalul qiyam.
Persiapan 7 Bulanan Istri
Anggota rombongan berasal dari lokasi setempat, tepatnya di Jalan Tambak Wedi Baru Surabaya. Dalam acara tersebut, acara selametan 7 bulanan memerlukan beberapa hal yang perlu dipersiapkan misalnya mengundang rombongan di jauh-jauh hari sebelum hari h.
Selain itu, persiapan konsumsi dan juga beberapa perlengkapan acara 7 bulanan istri seperti 2 kelapa yang masih sangat muda dan kembang-kembangan.
Baca juga : 9 Tahapan dalam Prosesi 7 Bulanan
Pertama, kelapa muda yang berwarna kuning dituliskan beberapa ayat Al-Qur'an.
1 kelapa muda dituliskan ayat Al-Qur'an surat Yusuf dan 1 lainnya dituliskan surat Maryam. Saya yang menjadi penulis kelapa muda tersebut menggunakan sebuah paku. Berikut hasilnya :
![]() |
Persiapan 7 Bulanan Istri |
Kedua, kembangan-kembangan. Kembang-kembangan banyak sangat diperlukan untuk persiapan dan acara 7 bulanan istri. penulis membeli sendiri kembang-kembangan yang dibutuhkan melalui petunjuk dari seorang yang sudah berpengalaman, sebut saja mas Buhin.
Ketika membeli kembang-kembangan cukup bilang kepada penjualnya, “Beli kembang gawe tingkepan,”.
Akhirnya, sampai di tempat pembelian, tepatnya di perempatan jalan Kenjeran Surabaya, penulis langsung berbicara, “Pak, tuku kembang gawe tingkepan,”.
Pedagang itu kemudian mengambil sejumlah kembang yang dijajahkan di tepi jalan raya tersebut.
Kembang-kembang disana beraroma harum dan juga bermacam-macam, “Pak, ada berapa macam kembang itu diambilkan?” tanya saya menggunakan bahasa Indonesia yang semula bahasa Jawa.
“Sekitar sembilan macam, Mas,” jawabnya sambil fokus ngelayani mengambil kembang yang kemudian ia masukkan ke dalam sebuah kresek.
Penujual itu memberikan saran agar ketika penyajian kembang diberikan uang receh agar untuk tujuan nolak blai. Penulis pun mengiyakan meski sebenarnya tidak tahu menahu tentang hal itu.
Sampai di hari h tepatnya ba’da maghrib acara diselenggarakan di depan rumah dengan beralaskan terpal. Ucapan selamat dan do’a untuk kami sekeluarga diungkapkan oleh salah satu koordinator rombongan saat memulai acara.
Kelapa muda dan kembang-kembangan yang dicampur air itu kami letakkan di tengah-tengah acara.
Baca juga : Momen Akad Nikah yang Terdokumentasikan
Setelah acara selesai, baru kemudian kelapa muda dipecah untuk diminum istri sementara air dan kembangnya digunakan untuk mandi.
Terakhir, kami menyuguhkan konsumsi sebagai bentuk selamatan keluarga yang insyaallah memiliki nilai sedekah.
Harapan Kami di Acara 7 Bulanan Istri
Kami berharap doa dibacakan dalam acara tersebut diterima oleh Allah sehingga saat lahiran nanti dilancarkan dan anak yang dilahirkan menjadi anak shaleh shalehah, Amin ya rabbal ‘alamin.
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar...