Cerita Saat Saya Ziarah ke Makam Sunan Giri |
Berwisata religi seperti makam sunan menjadi salah satu kegiatan yang bisa me-warning hati dan pikiran akan sebuah kematian. Seperti yang difirmankan Allah SWT dalam Qur’an Surah (21:35) yang artinya, “Setiap yang bernafas, akan menjumpai yang namanya kematian”.
Berbeda dengan tempat wisata yang pernah Saya kunjungi sebelumnya, kali ini pada Minggu (30/5) tempat wisata yang Saya kunjungi sedikit bergeser dari kota Surabaya yaitu kabupaten Gresik. Di kota yang berjuluk kota pesantren tersebut terdapat makam sunan yaitu Sunan Giri.
Keberadaan makam Sunan Giri sudah sangat populer di kalangan masyarakat di pulau Jawa, namun juga mancanegara. Eksistensi dalam menyebarkan agama Islam di pulau Jawa, sunan Giri sangat dihormati hingga akhir hayat pun makamnya sering diziarahi.
Berdasarkan pengalaman berkunjung ke makam Sunan Giri, makam sunan sangat ramai dikunjungi para peziarah. Mereka datang menggunakan berbagai kendaraan seperti bus, mobil pribadi, sepeda motor, dan lainnya.
Khusus bus lahan parkirnya berbeda. Kalau dari arah Surabaya, lahan parkirnya berada di sebelah kiri sebelum sampai ke area makam. Selain kendaraan bus, bisa langsung menuju ke area komplek pemakaman Sunan Giri dekat gerbang pintu masuk.
Saat akan memasuki komplek pemakaman, pengunjung harus bersabar menaiki anak tangga yang jumlahnya sangat banyak. Bagi para lansia dan ibu hamil sebaiknya berhati-hati dan jika tetap ingin menaiki tangga tersebut sebaiknya ada bantuan atau pengawasan dari orang-orang terdekat.
Menuju ke area makam, di sana ada sejumlah masyarakat yang bersedia menerima infaq atau shadaqah dari para dermawan. Nah, kesempatan berinfaq atau bershadaqah banyak dimanfaatkan para pengunjung saat memasuki area makam.
Sampai di area makam, para pengunjung diwajibkan melepas alas kaki baik itu berupa sandal atau pun sepatu. Penjagaan selalu standby di sana.
Untuk mencari tempat duduk saat berziarah cukup fleksible. Jika memungkinkan bisa langsung mencari tempat duduk paling dekat dengan makam, namun jika tidak ada akibat faktor "R" (alias Ramai) maka tempat di mana pun sudah baik asal jangan duduk di atas kuburan lainnya.
Sambil berkunjung ke makam Sunan Giri, di sana juga ada sejumlah makam putra-putrinya. Pengunjung juga berziarah ke makam-makam tersebut lengkap dengan namanya seperti makam Sunan Dalem, Sunan Kulon, Sunan Kidul, dan lainnya.
Terkait informasi atau sejarah sunan Giri, pengunjung bisa belajar banyak di sana. Pasalnya, sejumlah papan terpampang di sana. Berdasarkan informasi yang Saya dapatkan di sana, Sunan Giri dulunya menyebarkan agama Islam mulai dari daerah Gresik sendiri, Madura, Lombok, Kalimantan, dan Sulawesi.
Beliau membangun pesantren sebagai salah satu satu sarana dakwahnya. Berkembang-kembang, hingga akhirnya menjadi sebuah kerajaan yang notabene kecil bernamakan Giri Kedaton.
Tentang sunan Giri sendiri, beliau lahir dari seorang ibu bernama Dewi Sekardadu. Sementara ayah sunan Giri bernama Maulana Ishaq. tercatat juga sunan Giri Lahir pada tahun 1443 masehi dan wafat pada tahun 1506 masehi.
Beredar dari cerita turun temurun, sunan Giri awalnya diberi nama Joko Samudro karena saat kecil dibuang ke laut karena tujuan keamanan. Yang menemukan bayi sekaligus yang memberi nama Joko Samudro tersebut adalah Nyi Gede Pinatih.
Sunan Giri juga sempat berganti nama sebagai raden Paku saat belajar ke Raden Rahmat, sunan Ampel. Dalam kurun waktu 7 tahun belajar bersama sunan Ampel baru kemudian beliau mendapat gelar Ainul Yaqin. Sang guru, sunan Ampel pun kemudian menjadi mertua sunan Giri setelah menikahi putrinya bernama Dewi Murthoyiah. Wallahu A’lam.
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar...