Area Arca Joko Dolog Surabaya |
Sebagai kota pahlawan, tidak heran kota Surabaya memiliki banyak benda-benda peninggalan bersejarah. Jika beberapa waktu lalu pernah berkunjung ke patung Gubernur Suryo, maka kali ini berkunjung ke arca Joko Dolog, Selasa (12/07/2022).
Lokasi patung Gubernur Suryo dan Arca Joko Dolog Surabaya cukup berdekatan, terbilang hanya beberapa ratus meter saja. Berdasarkan peta, patung Gubernur Suryo berada di Jl. Gubernur Suryo sementara itu Arca Joko Dolog berada di jalan Taman Apsari.
Pada kesempatan berkunjung ke Arca Joko Dolog, Hal berbeda saya rasakan pasalnya arca tersebut merupakan benda peninggalan bersejarah pada jaman kerajaan Singasari.
Melansir dari laman wikipedia.org, Arca Joko Dolog mempresentasikan raja terakhir Singosari yaitu Kertanegara. Pembuatan arca tersebut dibuat oleh Nada sebagai bentuk penghormatan kepada sang raja Kertanegara sebab ia merupakan salah seorang raja yang bijaksana.
Semasa hidupnya, ia mampu memimpin kerajaan dengan baik. Keinginan baiknya mempersatukan nusantara, pengetahuannya yang luas, serta ketaatannya pada agama (Budha) menjadikannya salah seorang yang dianggap mampu berada di level Jina Mahasobya.
Baca juga : Belajar Sejarah di Museum Trowulan
Arca yang dibuat pada tahun 1289 masehi tersebut sangat terawat sampai sekarang.
Beredar dari cerita ke cerita, arca Joko Dolog Surabaya dibawa dari desa Kandang Gajah, Trowulan ke kota Surabaya pada jaman Kolonial Belanda.
Awalnya, ingin dibawa ke negeri Belanda namun hasilnya gagal karena beberapa alasan. Sehingga keberadaannya masih tetap di kota Surabaya tepatnya di jalan Taman Apsari, di bawah pohon beringin yang rindang.
Di areal Arca Joko Dolog juga terdapat sejumlah arca, namun bersifat tambahan. Sementara arca yang utama adalah Arca Joko Dolog Sendiri dimana memiliki panjang 166 dan lebar 138 cm. Sementara untuk tebalnya mencapai 105 cm.
Seperti yang kita bisa lihat pada foto Arca Joko Dolog di artikel ini, arca dibuat dengan posisi duduk, kepalanya tidak berambut, tangan kanan berada di lutut sementara tangan yang sebelah kiri seperti berada di pangkuan.
Pengunjung yang datang kesana pasti merasakan kedamaian berada di sana termasuk saya.
Lokasinya cukup rindang dan angin semilir pun mudah di dapatkan. Pengunjung tidak harus yang beragama Budha, agama lainnya juga diperbolehkan asal tetap menjaga dan melestarikan situs peninggalan.
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar...