Menuju Pesarean Gunung Kawi di Malang (12/03/2023) |
Berwisata religi di luar kota Surabaya, selalu menyisakan sepenggal cerita yang ingin saya sampaikan melalui tulisan artikel sederhana. Kali ini wisata yang dimaksudkan adalah Pesarean Gunung Kawi yang berlokasi di lereng Gunung Kawi, Wonosari, Kabupaten Malang.
Makam Mbah Jugo merupakan sebutan lain dari Pesarean Gunung Kawi. Dua nama maqom tersebut sama-sama terkenal di kalangan masyarakat, baik lokal maupun mancanegara.
Berdasarkan pengalaman berkunjung pada Ahad (12/03/2023), untuk sekedar masuk ke area Pesarean Gunung Kawi maka ada beberapa tahapan yang harus ditempuh terutama jika pengunjung datang bersama rombongan menggunakan armada bus.
Jika menggunakan armada bus maka transit, setelah di parkiran bus, rombongan menggunakan armada bemo yang telah tersedia disana. Butuh sekitar 10 menit saja untuk bisa sampai ke area Pesarean Gunung Kawi. Setelahnya, berjalan kaki melalui rumah perkampungan yang ada di lereng gunung tersebut.
Sebagian rumah-rumah warga termasuk wa bil khusus sejumlah toko menjual berbagai macam souvenir yang khas, ada aneka baju, aneka ubi-ubian seperti sentol, home made seperti ketan putih, dan lain sebagainya.
Sebelum memasuki memasuki gapura/pintu masuk pesarean, sebelah terdapat sejumlah bangunan khas China berupa klenteng. Tempat tersebut digunakan untuk sekedar melaksanakan peribadatan. Sementara sisi sebelah kanan terdapat sejumlah pedagang menjual kembang-kembang untuk keperluan ziarah ke makam. Bau harum merebak pun cukup terasa disana.
Uniknya, tempat pesarean cukup besar dibawah bangunan kuno. Kapasitasnya pun lumayan, bisa menampung puluhan hingga ratusan para peziarah yang datang. Selain itu, ada juga benda peninggalan bersejarah Mbah Jugo.
Melansir dari laman kompas.com pada Ahad (12/03/2023), nama asli mbah Jugo adalah Kanjeng Kyai Zakaria II. Beliau wafat pada 22 Januari 1871. Semasa hidupnya, termasuk Raden Mas Imam Soejono yang juga makamnya bersebelahan, mereka itu merupakan tokoh bangsawan yang memerangi penjajahan Belanda di bawah kepemimpinan Pangeran Diponegoro.
Lebih lanjut, disebutkan bahwa Mbah juga disebut bangsawan karena beliau merupakan buyut dari Susuhanan Pakubuwono I, sementara itu, Raden Mas Imam Soejono adalah buyut dari Sultan Hamengku Buwono I. Semasa hidup beliau juga termasuk orang yang arif, dan suka menolong sesama.
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar...